Selasa, 14 Agustus 2012

ALAM


There is a pleasure in the pathless woods;
There is a rapture on the lonely shore;
There is society, where none intruders,
By the deep sea, and music in its roar:
I love not man the less, but Nature more…
Ada kesenangan dalam hutan tanpa jalan setapak;
Ada keceriaan di pantai yang sepi;
Ada masyarakat yang tidak saling menggangu,
Di dekat laut yang dalam, dan musik dalam raungannya:
Aku mencintai manusia tapi lebih suka alam…

Penggalan puisi karya Lord Byron diatas bisa mewakili apa yang saya pikr dan rasakan tentang alam. Laut yang kaya atau hutan yang hijau dan teduh akan selalu menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia akan selalu bergantung pada alam, jadi akan sangat tidak bijak apabila manusia tidak ramah terhadap alam atau melupakan alam.

Saya tinggal di sebuah kampung yang terletak di kaki gunung salak. Dulu saya pernah merasa malu beralamat rumah di kampung kaki gunung karena waktu itu kehidupan kota yang modern terlihat lebih keren dan menyenangkan di mata saya. Sekarang, saya selalu bangga menjadi seorang kampung, orang gunung, atau orang desa. Buat saya kehidupan masyarakat kampung lebih menyenangkan, menenangkan, dan lebih bermakna. Walaupun kadang ada beberapa masyarakat kampung yang memendam ‘api dalam sekam’ dan ketika api itu menjilat keluar maka mayoritas masyarakat lain akan merasakan panasnya. Tapi secara keseluruhan saya lebih suka kehidupan kampung yang sederhana, ramah, tidak terburu-buru, dan semua orang kenal semua orang. Rumah saya tidak berada di pinggir jalan raya, jadi kalau mau naik angkot harus berjalan kaki terlebih dahulu selama kurang lebih 10 menit. Dan dulu sebelum saya menjadi orang yang dijajah teknologi dan masih menggunakan kendaraan umum untuk berpergian, selama berjalan kaki mulai dari keluar gang rumah sampai jalan raya saya pasti banyak tersenyum dan menyapa orang yang ditemui di perjalanan. Kadang merasa capek dan jenuh, tapi saya pikir manfaat ‘sosialisai ramah sekedar senyum’ ini luar biasa besar. Sangat lain esensi yang didapatkan dari kehidupan kampung dengan kehidupan yang lain.

Tempat tinggal saya berdekatan dengan gunung salak yang katanya salah satu gunung terangker di Indonesia. Saya sering ngelintas atau hiking ke area Taman Nasional Gunung Halimun Salak, hampir setiap minggu ketika saya masih aktif di kampus dulu, entah untuk survey, kemping, jadi guide, menyendiri, atau sekedar menikmati perjalanan dan suasana alam liar. Biasanya saya mulai ngelintas jam 8 pagi sampai sore atau malam, sering juga berangkat jam 11 malam sampai besok siangnya masih terus berjalan. Saya bukan pecinta alam karena saya sadar belum banyak melakukan sesuatu untuk membuktikan cinta saya. Saya lebih suka disebut penikmat alam karena buat saya alam adalah tempat wisata yang tidak ada duanya, tempat curhat, penyedia lukisan terindah, menjadi pelarian dari segala macam dinamika hidup, walaupun sesaat tapi sangat ampuh dan itu membuatnya layak untuk dinikmati. Alam juga bisa menjadi sarana penilaian karakter seseorang. Saat ditengah hutan diatas gunung biasanya orang akan mengeluarkan sifat aslinya dan akan terlihat apakah orang itu penakut, cepat panik, ceroboh, egois, berjiwa pemimpin, pemberani, penolong, cuek, dan sebagainya.

Saya suka laut dan sungai tapi gunung dan hutan berada diatas keduanya. Sulit untuk menjelaskan perasaan ketika berada di tengah hutan di atas gunung, yang pasti saya selalu merasa nyaman berada diantara keduanya.Banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa didapatkan dari naik gunung. Merasa sangat takut, kedinginan, tegang saat ada yang ‘hilang’, kesal, sedih, atau bebas pernah saya rasakan. Ada juga pelajaran memanage orang, mengontrol emosi dalam situasi terdesak, belajar memasak, melatih tubuh, dan banyak lagi hal yang bisa dipelajari dari bermain-main dengan alam. Apapun yang terjadi, melakukan kegiatan yang berhubungan dengan alam baik itu, hutan, sungai, atau laut akan sangat menyenangkan untuk saya. Saat naik gunung saya selalu membebaskan pikiran dari hal-hal yang bisa membuat hidup kurang nyaman. Tidak peduli seberat apapun masalah yang sedang dihadapi saya selalu mencoba berteman baik dengan alam dan biasanya alam membalasnya dengan ramah juga mendukung apa yang ingin saya lakukan. 

Alam yang ketika tidak ada pergolakan apapun didalamnya adalah alat multifungsi yang bisa digunakan dan dimanfaatkan siapapun di dunia. Alam selalu ada ketika saya butuh, alam mengajarkan banyak hal tanpa berkata-kata. Alam akan selalu jadi sahabat terbaik saya….
Ya...saya cinta manusia tapi lebih suka alam....!!!















3 komentar:

  1. gw kenal ni foto2 bagus deh cong kalo masih lu simpen bae2...kapan kita bisa bersenda gurau kaya gini lagi di alun2 surya kencana gunung gede/

    BalasHapus
  2. yaiyalah gw simpen baik2, buktinya masih ada. ini siapa yah?

    BalasHapus
  3. Akhirnya berkesempatan mampir ke blog ini. Betul ya kita beda aliran. Tapi gue sendiri gak tau aliran mana yang gue ikuti :D. Tapi, betapapun aliran penulisan kita berbeda, satu hal yang pasti, setiap tulisan positif perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan kualitas serta kuantitasnya. Menulis adalah salah satu cara menebarkan kebaikan. Salam sastra!

    BalasHapus