There is a
pleasure in the pathless woods;
There is a
rapture on the lonely shore;
There is
society, where none intruders,
By the deep
sea, and music in its roar:
I love not
man the less, but Nature more…
Ada kesenangan dalam hutan tanpa jalan setapak;
Ada keceriaan di pantai yang sepi;
Ada masyarakat yang tidak saling menggangu,
Di dekat laut yang dalam, dan musik dalam raungannya:
Aku mencintai manusia tapi lebih suka alam…
Penggalan puisi karya Lord Byron diatas bisa mewakili
apa yang saya pikr dan rasakan tentang alam. Laut yang kaya atau hutan yang hijau
dan teduh akan selalu menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia
akan selalu bergantung pada alam, jadi akan sangat tidak bijak apabila manusia tidak
ramah terhadap alam atau melupakan alam.
Saya tinggal di sebuah kampung yang terletak di kaki
gunung salak. Dulu saya pernah merasa malu beralamat rumah di kampung kaki
gunung karena waktu itu kehidupan kota yang modern terlihat lebih keren dan
menyenangkan di mata saya. Sekarang, saya selalu bangga menjadi seorang kampung, orang
gunung, atau orang desa. Buat saya kehidupan masyarakat kampung lebih
menyenangkan, menenangkan, dan lebih bermakna. Walaupun kadang ada beberapa
masyarakat kampung yang memendam ‘api dalam sekam’ dan ketika api itu menjilat
keluar maka mayoritas masyarakat lain akan merasakan panasnya. Tapi secara
keseluruhan saya lebih suka kehidupan kampung yang sederhana, ramah, tidak
terburu-buru, dan semua orang kenal semua orang. Rumah saya tidak berada di
pinggir jalan raya, jadi kalau mau naik angkot harus berjalan kaki terlebih
dahulu selama kurang lebih 10 menit. Dan dulu sebelum saya menjadi orang yang
dijajah teknologi dan masih menggunakan kendaraan umum untuk berpergian, selama
berjalan kaki mulai dari keluar gang rumah sampai jalan raya saya pasti banyak
tersenyum dan menyapa orang yang ditemui di perjalanan. Kadang merasa capek dan
jenuh, tapi saya pikir manfaat ‘sosialisai ramah sekedar senyum’ ini luar biasa
besar. Sangat lain esensi yang didapatkan dari kehidupan kampung dengan
kehidupan yang lain.
Tempat tinggal saya berdekatan dengan gunung salak
yang katanya salah satu gunung terangker di Indonesia. Saya sering ngelintas atau hiking ke area Taman
Nasional Gunung Halimun Salak, hampir setiap minggu ketika saya masih aktif di
kampus dulu, entah untuk survey, kemping, jadi guide, menyendiri, atau sekedar menikmati perjalanan dan suasana
alam liar. Biasanya saya mulai ngelintas
jam 8 pagi sampai sore atau malam, sering juga berangkat jam 11 malam sampai
besok siangnya masih terus berjalan. Saya bukan pecinta alam karena saya sadar
belum banyak melakukan sesuatu untuk membuktikan cinta saya. Saya lebih suka
disebut penikmat alam karena buat saya alam adalah tempat wisata yang tidak ada
duanya, tempat curhat, penyedia lukisan terindah, menjadi pelarian dari segala
macam dinamika hidup, walaupun sesaat tapi sangat ampuh dan itu membuatnya
layak untuk dinikmati. Alam juga bisa menjadi sarana penilaian karakter
seseorang. Saat ditengah hutan diatas gunung biasanya orang akan mengeluarkan
sifat aslinya dan akan terlihat apakah orang itu penakut, cepat panik, ceroboh,
egois, berjiwa pemimpin, pemberani, penolong, cuek, dan sebagainya.
Saya suka laut dan sungai tapi gunung dan hutan berada
diatas keduanya. Sulit untuk menjelaskan perasaan ketika berada di tengah hutan
di atas gunung, yang pasti saya selalu merasa nyaman berada diantara keduanya.Banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa didapatkan
dari naik gunung. Merasa sangat takut, kedinginan, tegang saat ada yang ‘hilang’,
kesal, sedih, atau bebas pernah saya rasakan. Ada juga pelajaran memanage orang, mengontrol emosi dalam situasi terdesak, belajar memasak, melatih tubuh, dan banyak lagi hal yang bisa dipelajari dari bermain-main dengan alam. Apapun yang terjadi, melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan alam baik itu, hutan, sungai, atau laut akan
sangat menyenangkan untuk saya. Saat naik gunung saya selalu membebaskan
pikiran dari hal-hal yang bisa membuat hidup kurang nyaman. Tidak peduli
seberat apapun masalah yang sedang dihadapi saya selalu mencoba berteman baik
dengan alam dan biasanya alam membalasnya dengan ramah juga mendukung apa yang
ingin saya lakukan.
Alam yang ketika tidak ada pergolakan apapun
didalamnya adalah alat multifungsi yang bisa digunakan dan dimanfaatkan
siapapun di dunia. Alam selalu ada ketika saya butuh, alam mengajarkan banyak hal tanpa berkata-kata. Alam akan selalu jadi sahabat terbaik saya….
Ya...saya cinta manusia tapi lebih suka alam....!!!