Hey kalian,
Yang dulu selalu bercelana jeans robek dan berkaos oblong
Apa kabarnya?
Juga yang selalu bertutup kepala penuh makna
Kemana saja?
Malam ini aku membuka file-file lama
Foto kalian yang terbuka
Hardrive-ku penuh dengan memori
Tentang kalian dan terutama kita
Tidak terasa...
Dulu sering kita tersesat bersama
Jatuh, bangun, terpeleset, terjerembab,
tertawa...
Hey kalian yang dulu yang jarang tidur
Yang selalu berkata
Jam 09:00 sama dengan jam 06:00
Tidak-kah kalian rindu?
Rasa mie instan di tengah hutan
Air mentah dalam botol aqua
Kopi sachet segelas bersama
Ketika argumen dan kritik bagian dari kita
Presiden selalu salah di mata kita
Kepala desa musuh bersama
Atau ketika menertawakan hal tabu
Buat kita hidup ini terlalu lucu
Layaknya Dede Aong yang berdandan seperti tentara jerman
Seperti rambut si Jajat yang kini dipanggil Praja
Dulu kita selalu meramaikan kampung
Dengan celoteh dan aksi sok jago
Cerdas dan ceria
Banyak yang kontra
Tapi indah karena bersama
Rasanya baru kemarin ketika penduduk kampung kita undang
Makan diatas hamparan daun
pisang
Oh jangan lupa juga waktu kita memasang tenda disana
Di tempat dimana monyet memakan parafin
Lalu kita berfoto diatas jeep tua
Masih ingat Bahasa Manusia?
Kumpulan karya sastra kita
Yang diterbitkan seadanya
Keluarga kita ditemukan waktu itu
Waktu lintas alam pertama
Saat Baban belum ber-satria
Saat Indra belum dimakan apple
pie
Saat Virgin Of Death belum
berdiri
Saat The Used dan Thrice meraung keras
Dan saat menemukan curug cilayang-layang
Keluarga kita terus berkembang
Banyak tamu yang datang
Ada pula yang merasa terbuang
Salute mi familia, kata Dominic Torreto di Fast kelima
Kita tidak pernah bersulang seperti mereka
Tapi tetap saja kita adalah keluarga
Yang selalu melontarkan pertanyaan yang sama
Pada orang yang pertama kita jumpa
“Suka naik gunung?”
Itulah kata sakti mandraguna
Seakan ingin menegaskan bahwa kita adalah dewa
Padahal baru Salak yang kita permainkan
Gede, Ciremai, Rinjani, Papandayan, Semeru
Ditaklukan oleh sebagian dari kita kemudian
Aku bangga
Ah kalian hebat!!
Sungguh tiada dua
Tapi itu dulu..
Sekarang?
Apa kabar kalian?
Seakan ditelan oleh pengetahuan dan siklus kehidupan
Mati karena status dan dunia
Hipokrit standar janda
Komitmen dan kata fokus jadi belenggu
Padahal aku rindu
Rindu kalian para sahabat
Rindu obrolan sok tahu
Rindu bermain musik
Rindu tertawa bersama
Rindu Festival Liwet
Rindu Sapalacoustic
Rindu Sapala Cup
Rindu serindu-rindunya
Menunggu maut untuk bertemu
Rasanya tidak lucu
Ini bukan puisi
Bukan juga prosa
Hanya luapan emosi
Dari dada naik ke kepala lalu terlontar melalui kata
Semoga kalian baik-baik saja
Wahai yang mengaku para penikmat alam terbuka
Dimanapun kalian berada
Nice post :)
BalasHapusSebenarnya kami ada.. hanya saja sedang senang ter'awang gamang oleh kesibukan duniawi dan tekhnologi.. ahhh ini semua karena illuminati lagi (jika dulu kita berkata seperti ini).. mereka berhasil membuat kita kerdil menjenglot mengecil.. memprovokasi hingga sensitifitas melebihi batas.. menjadi mudah merasa besar, lebih besar dari siapapun.. padahal kita besar bersama.. merasa pintar bersama.. hingga sebenarnya kita masih bodoh, ya jika tidak terima tidak perlu bodoh bersama, biar kami saja yang merasa.. tenang saja.. dalam liriknya ayah pidi berkata "tenang saja perpisahan, tak menyakitkan, yang menyakitkan adalah, bila habis ini saling benci, tenang saja perpisahan tak menyedihkan, yang menyedihkan adalah bila habis ini saling lupa, bahwa kita pernah slalu bersama-sama, lalu kita sadar bahwa kita harus berpisah, lupa, mudah melupakan semua, jangan saling melupakan, hilang, mudah menghilangkan semua, jangan saling menghilangkan" semoga aku, kalian, mereka, hingga kita tidak saling menghilangkan, melupakan, kita saling bersama minimal dalam kenangan itu ada rindu..
BalasHapus